Sunday, October 25, 2020

Dampak Corona Terhadap Ekonomi di Indonesia

COVID-19 atau yang dikenal dengan sebutan Corona Virus, kerap mengguncang diseluruh dunia, pasalnya virus corona ini pertama kali ditemukan pada Desember 2019, di Wuhan, China dan telah menewaskan korban sebanyak lebih dari 4.000 korban jiwa, dari ratusan ribu korban terinfeksi. Virus corona merupakan kelompok besar virus yang umum diantara hewan. Virus corona ini berasal dari hewan kelelawar kemudian masuk ke tubuh manusia. Virus ini, dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang mirip dengan flu biasa. Gejalanya termasuk pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam yang berlangsung selama beberapa hari.

Virus corona merambat luas hingga ke berbagai Negara seperti diantaranya, Korea, Jepang, Amerika Serikat, India, Malaysia, Indonesia dan lain sebagainya. Masuknya virus corona di Indonesia ini berawal dari  seorang perempuan WNI berusia 31 tahun yang diduga tertular dari WNA asal Jepang pada 14 Februari 2020. Kemudan kasus virus corona di Indonesia menyebar hingga saat ini tercatat 117 orang terinfeksi virus corona dan 5 diantaranya meninggal dunia. Kekhawatiran masyarakat atas virus corona yang sudah menyebar di Indonesia membuat pemerintah berupaya untuk membatasi segala aktivitas di tempat keramaian sampai diberitakan “Status aman” . pemerintah meliburkan sekolah-sekolah di Indonesia dan membatasi tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian seperti sekolah, mall, tempat wisata, pasar, dan lain sebagainya. Akibat dari mewabahnya virus corona ini berdampak pada perekonomian di Indonesia yang semakin mengalami krisis ekonomi. 

Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam, mengkhawatirkan jika pemerintah tidak bergerak cepat mengatasi penyebaran virus Corona, maka akan menyebabkan Indonesia alami krisis ekonomi berkepanjangan. "Kalau pemerintah tidak mengantisipasi corona ini dengan baik, Kita bisa mengalami krisis. Krisis bisa dicegah dengan persiapan kebijakan yang tepat, sayangnya sejauh ini kebijakan itu belum tampak, pemerintah terlihat tidak punya persiapan untuk kondisi yang terburuk," kata Piter. 

Menurutnya, saat ini perkembangan virus corona sangat mengkhawatirkan, sementara pemerintah nampak ragu-ragu untuk mengambil tindakan drastis mengatasi corona. Pemerintah seakan diharapkan dilema antara upaya yang benar-benar fokus mengatasi virus corona dengan upaya menyelamatkan perekonomian. Bahkan beberapa kebijakan stimulus sudah dikeluarkan pemerintah untuk membantu dunia usaha, tapi apakah pemerintah sudah mempersiapkan kebijakan untuk kondisi terburuk?, Tanya piter.
"Saya khawatir dengan penanganan virus corona yang serba tanggung saat ini akan terjadi ledakan penderita corona, yang pada ujungnya akan memaksa pemerintah mau tidak mau melakukan lockdown atau isolasi," ujarnya.

Namun, apabila nanti lockdown diakukan tanpa perencanaan, dan dilakukan ketika korban virus corona sudah tidak tertanggulangi maka proses penyembuhannya akan jauh Lebih lama dan dampak negatifnya terhadap perekonomian justru akan jauh lebih besar. Piter mangatakan bahwa Indonesia berpotensi mengalami krisis ekonomi, apabila terjadi faktor-faktor berikut, yakni suatu perekonomian dikatakan krisis apabila mayoritas pelaku ekonomi dihampir semua sektor tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi secara baik, semua indikator ekonomi mengalami perkembangan negatif. Serta pertumbuhan ekonomi merosot drastis hingga negatif, dan mengakibatkan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, Indonesia rentan terhadap krisis ekonomi. Apalagi kini sedang merebaknya virus corona atau COVID-19 di Indonesia yang berdampak terhadap perekonomian. Bhima Yudhistira Adhinegara memaparkan tiga faktor alasan Indonesia rentan masuk dalam krisis ekonomi. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan yang cukup tajam, yang diperkirakan hanya 4,5-4,8 persen di tahun 2020.

“Bahkan Tahun 2008 pada saat krisis subprime mortgage di AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,1 persen. Baru setelahnya turun tajam ke 4,5 persen. Jadi kondisi saat ini jauh lebih beresiko dibandingkan krisis tahun 2008,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Senin (16/3/2020).
Kedua, terkait aliran modal keluar sepanjang enam bulan terakhir, tercatat investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp16 triliun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 24 persen di periode yang sama. Sementara itu kurs rupiah melemah 5,41 persen dalam 6 bulan terakhir sebagai akibat dari keluarnya dana asing.

Selanjutnya, ketiga, Indonesia makin rentan terpapar kepanikan pasar keuangan global.  Menurut Asian Development Bank (ADB), sebanyak 38,5 persen surat utang pemerintah Indonesia dipegang oleh investor asing. Lebih tinggi dari negara Asia lainnya. Jika terjadi aksi jual secara serentak tentunya ini beresiko tinggi terhadap krisis ekonomi.

Presentasi Online Materi : Kalimat Efektif

Berikut  video  ini kami buat untuk memenuhi salah satu  tugas  B. Indonesia yaitu : mempresentasikan materi mengenai kalimat efektif, terim...